Ditengah kesibukan hidup oleh dunia membicarakan manusia memang seperti tidak ada gunanyanya hanya membuang-buang waktu saja. Apalagi mempertanyakan kehidupan manusia sama saja dengan mempertanyakan bagaimana awal mula keberadaanya? Pertanyaan itu adalah salah satu pertanyaan yang lugu namun juga membingungkan.
Q.S 19:67
اَوَلَا يَذْكُرُ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْـًٔا
Artinya:
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) dia belum berwujud sama sekali?
Kita sebagai manusia terlebih bagi seorang muslim sudah seharusnya memikirkan tentang penciptaan langit, bumi dan manusia itu sendiri. Apakah manusia itu sendiri yang telah menciptakannya? Sungguh tidak masuk akal jika manusia yang telah menciptakannya, karena dalam Q.S Maryam (19):67 yang telah disebutkan diatas bahwa manusia pun tidak ada sebelumnya. Sebab yang disebut dengan menciptakan[1] ialah membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Walaupun manusia membuat berbagai macam barang, akan tetapi bahan dasar dari barang tersebut tidak diciptakan oleh manusia. Oleh karena itu hanya Allah lah yang mampu melakukannya tanpa bantuan apapun, Dia lah yang telah menciptakan dan membuat segala sesuatunya tanpa contoh terlebih dahulu. Sangat masuk akal bahwa Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya, baik yang ada dilangit maupun dibumi tanpa adanya kekurangan. Melihat alam dengan serba-serbi keindahan, kebesaran, teratur, seimbang, harmonis, tergetarlah didalam jiwa kita hendak bertanya: “Adakah gerangan rahasia dibaliknya?” Laksana melihat sebuah mahligai, atau istana yang mewah indah berseri, penuh dengan serba kebesaran-Nya.
Begitupun dengan manusia itu sendiri, dia adalah ciptaan Allah seperti yang telah disebutkan dalam Q.S Maryam (19):67 diatas. Karenanya manusia disebut dengan makhluk[2] yang tidak ada sebelumnya, kemudian Allah menciptakannya karena Allah adalah Khaliq[3] (pencipta). Dengan kata lain bahwa Allah telah menciptakan manusia, sedangkan manusia tidak ada sama sekali sebelumnya.
Q.S An-Nahl (16):78
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.
Allah telah melimpahkan karunia kepada manusia dengan memberinya potensi, yaitu pendengaran agar manusia bisa mendengar suara, penglihatan agar manusia bisa melihat dan hati agar manusia dapat membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya. Sesungguhnya Allah menjadikan kesemuanya dalam diri manusia agar mampu melaksanakan segala perintah-Nya. Telinga untuk mendengar seruan Allah, mata untuk melihat ciptaan Allah dan hati untuk memahai ayat-ayat Allah. Oleh karena itu manusia patut mensyukurinya dengan menjalankan ketaatan kepada Allah.
Q.S At-Tin (95):4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
Artinya:
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
Jika dibandingkan bentuk fisik atau tubuh manusia dengan makhluk yang lain, maka manusia memiliki bentuk yang lebih baik. Tubuhnya yang tegak berdiri dengan susunannya yang seimbang dan bagian-bagian tubuh yang saling sesuai. Yaitu maksudnya kaki untuk berjalan, tangan untuk menggenggam dan kepala tempat beberapa indra, mulai dari telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hidung untuk mencium atau menghirup bau dan lidah untuk mengecap rasa dan berbicara. Selain itu manusia dilengkapi dengan akal untuk memahami sesuatu, yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Jika kita renungkan mengenai penciptaan manusia maka tidak akan ada yang berani untuk menghinakan ciptaan Allah yang sempurna ini.
Q.S Al-Mu’minun (23):115
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ
Artinya:
Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Justru dengan bentuk yang sempurna dan diberikannya akal itulah manusia diciptakan tidak untuk main-main. Tidak hanya sekedar untuk makan, minum, untuk bersenang-senang dan menikmati keindahan dunia saja tanpa adanya perintah dan larangan. Namun sayangnya, nikmat yang besar ini tidak disyukuri oleh kebanyakan manusia melainkan hanya sedikit saja yang mensyukurinya atas apa yang telah Allah berikan kepadanya. Kebanyakan mereka berpaling pada sikap syukur, sibuk dengan permainan yang melalaikan dan senang dengan perkara yang hina.
Q.S Az-Zariyat (51):56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Allah memimiliki maksud dan tujuan atas penciptaan manusia. Yaitu agar manusia menaati segala perintah dan larangan Allah (beribadah). Jika melaksanakan perintah Allah maka manusai akan mendapatkan pahala namun jika melaksanakan larangan-Nya maka manusia mendapatkan dosa. kelak itu semua akan manusia pertanggungjawabkan kepada Allah atas apa yang telah diperbuatnya selama di dunia. Mari kita evaluasi diri kita agar menjadi lebih baik lagi dan mengorientasikan hidup hanya untuk meraih ridha-Nya.
~ Rachman
Sumber:
Al-Qur’an.
Hamka. Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
[1] Dalam KBBI menciptakan adalah mengadakan sesuatu yang baru, belum pernah ada dan tidak disertai dengan bahan dasar yang tersedia. Lihat https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/menciptakan.
[2] Dalam KBBI makhluk adalah sesuatu yang dijadika atau diciptakan oleh Tuhan (seperti manusia, binatang dan tumbuhan). Lihat https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/makhluk.