Manusia terlahir ke dunia ke dunia sebagai bayi, ada yang laki-laki ada yang perempuan, ada yang kulit putih ada yang kulit hitam, ada yang terlahir sebagai anak orang yang berlimpah ekonominya dan ada yang lemah, ada yang sehat dan ada yang cacat dan sebagainya. Ini semua bukan atas kehendak dan kemauannya.
Andaikan kelahiran itu merupakan kemauan manusia itu sendiri, pastilah semua anak meminta dilahirkan dari orang yang kaya dan kondisi yang baik. Sudah pasti tak seorang pun meminta dilahirkan dalam keadaan tidak baik.
Begitupun dengan pertumbuhan manusia, dari bayi menjadi anak-anak, kemudian menjadi remaja dan dewasa, kemudian menjadi tua dan akhirnya meninggal dunia. Ini adalah petunjuk bahwa manusia tidak berkuasa dengan hidupnya sendiri tetapi ada Yang Maha Penciptanya, Maha Pengaturnya, Maha Memelihara dan Maha kuasanya. Disinilah perlunya kita membahas iman kepada Allah.
Iman secara bahasa berarti percaya, membenarkan, lurus tidak khianat dan tentram hati. Secara istilah iman berarti diyakini dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan atau anggota badan. Sebagai konsekuensinya maka orang yang beriman harus melahirkan tiga hal tersebut dalam kesatuannya. Orang yang beriman akan merasa aman, tenang dan tentram hatinya dengan adanya sikap percaya, yakin, membenarkan dan tidak khianat.
Rukun iman yang pertama yaitu iman kepada Allah. Konsekuensinya dibuktikan dengan beribadah kepada-Nya, dalam rangka mengagungkan-Nya, dengan cara tunduk kepada petunjuk-Nya. Iman yang tertancap pada jiwa seorang muslim merupakan landasan diterimanya segala perbuatan dan amal shaleh. Maka menjadi penting bagi seorang muslim untuk mengenal Allah sebagai dzat yang di imani. Pada wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad Q.S Al-‘Alaq (96):1-5 Allah berfirman:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ- ١
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ- ٢
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ- ٣
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ- ٤
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ- ٥
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Disebutkan dengan jelas pada ayat yang pertama bahwa Allah Yang Maha Menciptakan (Khaliq). Dalam Bahasa Arabnya menggunakan kata Rabb yang biasa diterjemahkan dengan Tuhan, namun kata Rabb memiliki makna memelihara, mengasuh, memberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan. Dalam pertumbuhan manusia Allah telah memelihara dan mengurus makhluknya. Walaupun kita merasa orang tua yang telah memelihara dan mengurus, akan tetapi jika ditarik lebih jauh pada hakikatnya Allah yang telah memberi rezeki itu semua. Karena manusia adalah makhluk ciptaan Allah, maka sebagai orang yang beriman konsekuensi penghadapan dirinya kepada Allah harus berserah diri hanya kepada Allah, sebab hanya kepada Allah lah tempat manusia kembali.
Pada ayat yang ketiga, Allah sebagai Rabb Yang Maha Mulia (Al-Aqram). Bahwa Allah Maha Mulia sedangkan manusia ituhina, begitu juga Allah Maha Tinggi sedangkan manusia itu rendah. Allah menciptakan manusia ini menunjukan kemuliaan-Nya. Karena manusia itu hina, maka sebagai orang yang beriman konsekuebsi penghdapan dirinya kepada Allah yaitu dengan memuliakan hanya kepada Allah.
Pada ayat yang keempat dan kelima Allah sebagai Rabb Yang Maha Mengetahui (Al-Alim). Allah lah yang Maha Berilmu sedangkan manusia bodoh. Karena itulah Allah yang menetapkan benar dan salah, Allah sebagai pemberi petunjuk jalan yang lurus dan menyimpan. Karena manusia itu bodoh, maka sebagai orang yang beriman konsekuensi penghadapan dirinya kepada Allah yaitu berhukum hanya kepada hukum Allah. Itulah petunjuk Allah, sumber kebenaran, jawaban semua perselisihan.
Pada Q.S Al-Ikhlas (112):1-4 Allah berfirman:
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – ١
اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – ٢
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – ٣
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ – ٤
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.
Bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Perkataan Ahad juga bisa bermakna Pertama. Dengan demikian maksudnya Allah Dzat yang Pertama ada, tidak ada yang mendahului keberadaanya. Sebagai Dzat Yang Pertama ada, Allah itu pasti Maha Esa, Satu bukan dua, tiga apalagi banyak. Dia adalah Allah Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu tidak ada sekutu-Nya dan tidak ada badingan-Nya, Dia adalah Allah Dzat Yang Maha Unggul. Allah itu Maha Kuasa dalam menciptakan. Dialah yang menciptakan langit, bumi serta apa yang ada di dalamnya. Dia menciptakan segala sesuatu dengan ukuran yang baik dan sempurna. Tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Kepada-Nya ditujukan harapan dan permintaan. Kepada-Nya kita takut dan merendahkan diri. Semua manusia baik orang besar atau orang biasa, semuanya hamba Allah dan mesti tunduk di bawah perintah-Nya. Sehingga segala sesuatunya bergantung kepada-Nya. Karena itu tidak boleh menyembah selain Ailah, dan tidak boleh nmempertuhan sesama manusia. Sehingga segala sesuatu selain-Nya menjadi hamba bagi-Nya. Maka sebagai orang yang beriman konsekuensi penghadapan diri kita kepada Allah harus mengibadahi hanya kepada-Nya, yaitu Allah lah satu-satunya yang wajib disembah.
Pada Q.S Adz-Dzariyat (51):56 Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ – ٥٦
Artinya:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Sebagai ciptaan Allah, manusia hanya diperintahkan untuk mengabdi, melaksanakan pengabdian dan menghambakan diri kepada Allah. Menjadikan totalitas hidup sebagai penghambaan diri kepada Allah semata, yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa hidup dan kehadiran kita di dunia ini bukanlah atas kehendak dan kemauan kita sendiri, melainkan karena kehendak dan kemauan Allah. Karena Dia lah yang Maha Pencipta dan Pemberi rezeki yang senantiasa memberikan hal itu kedapa seluruh makhluk-Nya dalam semua kondisi. Sudah seharusnya sebagai muslim memiliki komitmen dengan keikhlasan hanya menjadi hamba kepada Allah dan mengharapkan keridhan-Nya.
Pada Q.S 2:186 Allah berfirman:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ- ١٨٦
Artinya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.
~ Rachman
Sumber: